Slide Title 1

Aenean quis facilisis massa. Cras justo odio, scelerisque nec dignissim quis, cursus a odio. Duis ut dui vel purus aliquet tristique.

Slide Title 2

Morbi quis tellus eu turpis lacinia pharetra non eget lectus. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; Donec.

Slide Title 3

In ornare lacus sit amet est aliquet ac tincidunt tellus semper. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Sabtu, 19 Maret 2011

Penanganan Masalah Siswa di Sekolah


Disekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang bermasalah, dengan menunjukan berbagai gejala penyimpangan perilaku. Yang merentang dari kategori ringan sampai dengan yang berat. Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah,khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan dengan pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Disiplin
2. Pendekatan Bimbingan dan Konseling

Penanganan siswa yang bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (Tata Tertib) yang berlaku disekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah dan sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “ lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, disiplin yang kedua perlu digunakan yaitu pendekatan melalui Bimbingan Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan memberikan efek jera, penanganan masalah siswa berasalah melalui bimbingan konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui bimbingan konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mangandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya diantara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap-demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyusaian diri yang lebih baik.
Secara visual, kedua pendekatan dalam menangani siswa bermasalah dapat dilihat dalam bagan berikut ini :






















Dengan melihat gambar diatas, kita dapat memahami bahwa diantara kedua pendekatan penanganan siswa yang bermasalah tersebut, meski memiliki cara yang berbeda tetapi jika dilihat dari segi tujuan pada dasarnya sama yaitu tercapainya penyusaian diri atau perkembangan yang optimal pada siswa yang bermasalah. Oleh karena itu kedua pendekatan tersebut seyogyanya dapat berjalan sinergis dan saling melengkapi.
Sebagai ilustrasi, misalkan disuatu sekolah ditemukan seorang siswi yang hamil akibat pergaulan bebas, sementara tata tertib sekolah dengan tegas menyatakan untuk kasus demikian, siswa yang bersangkutan harus dikeluarkan. Jika hanya mengandalkan pendekatan disiplin, mungkin tindakan yang akan diambil sekolah adalah berusaha memanggil orang tua/ wali siswa yang bersangkutan dan ujung-ujungnya siswa dinyatakan dikembalikan kepada orang tuanya . jika tanpa Intervensi Bimbingan konseling, maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah dengan dihinggapi masalah-masalah baru yang justru dapat semakin memperparah keadaan. Tetapi dengan Intervensi Bimbingan konseling didalamnya diharapkan siswa yang brsangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima resiko yang terjadi, keinginan untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang dapat membahayakan dirinya maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk melanjutkan sekolah serta hal-hal positif lainnya, meski ujung-ujungnya siswa tersebut dikaluarkan dari sekolahnya.
Perlu digaris bawahi, dalam halini bukan berarti guru BK/ Konlesor yang harus mendorong atau bahkan memaksa siswa untuk keluar dari sekolahnya.persoalan mengeluarkan siswa merupakan wewenang kepala sekolah, dan tugas guru BK hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan bimbingan konseling lebih mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan dan pengebangan, pelayanan bimbingan konseling terhadap siswa yang bermasalah tetap masih menjadi perhatian. Dalam hal ini perlu diingat bahwa tidak semua masalah harus ditangani oleh guru BK, dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah beserta mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagimana dalam bagan berikut :

1. Masalah (Kasus) Ringan
Seperti, membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum-minuman keras, mencuri di kelas, kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/ guru pembimbing dan mengadakan kunjungan rumah.

2. Masalah (Kasus) Sedang
Seperti, gangguan emosional, berpacaran dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar karena gangguan dikeluarga, minum-minuman keras tahap pertangahan, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang ditangani dan dibimbing oleh guru BK dan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahliprofesional, polisi, guru dan sebagainya.

3. Masalah (Kasus) Berat
Seperti, gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminallitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam dan senpi, kasus berat dilakukan Referal (Alih tangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan Konferensi kasus




Secara Visual, penanganan kasus siswa bermasalah melalui bimbingan dan konseling dapat dilihat dalam bagan berikut :









Dengan melihat penjelasan diatas, tampak jelas bahwa penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan bimbingan dan konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/ Konselor disekolah tetapi dapat pula melibatkan berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyusaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal.

Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling


Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkait dengan empat komponen program yaitu:
(1) layanan dasar;
(2) layanan responsif;
(3) perencanaan individual; dan
(4) dukungan sistem.

1. Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan
a. Bimbingan Klasikal
Sebagaimana telah dikemukakan pada paparan di atas, bahwa layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait dengan sekolah, seperti : kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.
b. Bimbingan Kelompok
memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.

c. Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran.
Aspek-aspek itu di antaranya :
(a) menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa;
(b) memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam;
(c) menandai siswa yang diduga bermasalah;
(d) membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching;
(e) mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing;
(f) memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa;
(g) memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja);
(h) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi siswa); dan
(i) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.

d. Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua
Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan, konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti :
(1) kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor,
(2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan
(3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.
2. Strategi untuk Layanan Responsif
a. Konsultasi
Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para siswa.

b. Konseling Individual atau Kelompok
Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, siswa (klien) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Konseling kelompok dilaksanakan untuk membantu siswa memecahkan masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok ini, masing-masing siswa mengemukakan masalah yang dialaminya, kemudian satu sama lain saling memberikan masukan atau pendapat untuk memecahkan masalah tersebut.

c. Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Klien yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.

d. Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling.

3. Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual
a. Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or small-group Appraisal)
Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah konselor bersama siswa menganalisis dan menilai kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi belajar siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, siswa akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.

b. Individual or Small-Group Advicement
Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.

4. Strategi untuk Dukungan Sistem
a. Pengembangan Professional
Konselor secara terus menerus berusaha untuk “meng-update” pengetahuan dan keterampilannya melalui (1) in-service training, (2) aktif dalam organisasi profesi, (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau (4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana).

b. Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah, dan swasta) untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan yang telah diberikannya kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).

c. Manajemen Program
Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercisekolaha, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Mengenai arti manajemen itu sendiri Stoner (1981) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “Management is the process of planning, organizing, leading and controlling the efforts of organizing members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals”. " Manajemen adalah proses perencanaan, pengaturan, terkemuka dan mengendalikan usaha mengorganisir anggota dan [tentang] penggunaan semua lain sumber daya organisatoris untuk mencapai menyatakan gol organisatoris".

Berikut diuraikan aspek-aspek sistem manajemen program layanan bimbingan dan konseling.
1) Kesepakatan Manajemen
Kesepakatan manajemen atas program bimbingan dan konseling sekolah diperlukan untuk mejamin implementasi program dan strategi peluncuran dalam memenuhi kebutuhana siwa dapat dilakukan secara efektif. Kesepakatan ini menyangkut pula proses meyakinkan dan mengembangkan komitmen semua pihak di lingkungan sekolah bahwa program bimbingan dan konseling sebagai bagian terpadu dari keseluruhan program sekolah.

2) Keterlibatan Stakeholder
Komite Sekolah sebagai representasi masyarakat atau stakeholder memerlukan penyadaran dan pemahaman akan keberadaan dan pentingnya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

3) Manajemen dan Penggunaan Data
Program bimbingan dan konseling komprehensif didukung oleh data. Penggunaan data di dalam layanan bimbingan dan konseling akan menjamin setiap siswa memperoleh manfaat dari layanan bimbingan dan konseling. Konselor harus menunjukkan bahwa setiap aktivitas diimplementasikan sebagai bagian dari keutuhan program bimbingan dan konseling yang didasarkan atas analisis cermat terhadap kebutuhan, prestasi, dan data terkait siswa lainnya. Data yang diperoleh dan digunakan perlu diadministrasikan dengan baik dan cermat. Manajemen data dilakukan secara manual maupun komputer. Dalam era teknologi informasi, manjemen data siswa dilakukan secara komputer. Database siswa perlu dibangun dan dikembangkan agar perkembangan setiap siswa dapat dengan mudah dimonitor. Penggunaan data siswa dan lingkungan sekolah yang tertata dan dikelola dengan baik untuk kepentingan memonitor kemajuan siswa, akan menjamin seluruh siswa menerima apa yang mereka perlukan untuk keberhasilan sekolah. Konselor harus cermat dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data. Kemajuan perkembangan siswa dapat dimonitor dari : prestasi belajar, data yang terkait dengan prestasi belajar, dan data tingkat penguasaan tugas-tugas perkembangan atau kompetensi.

4) Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan (action plans) diperlukan untuk menjamin peluncuran program bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien. Rencana kegiatan adalah uraian detil dari program yang menggambarkan struktur isi program, baik kegiatan di sekolah maupun luar sekolah, untuk memfasilitasi siswa mencpai tugas perkembangan atau kompetensi.

5) Pengaturan Waktu
Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen program perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan waktu ini didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen yang harus dilakukan oleh konselor. Sebagai contoh, misalnya 80% waktu digunakan untuk melayanai siswa secara langsung dan 20% digunakan untuk dukungan manajerial. Porsi waktu untuk peluncuran masing-masing komponen program dapat ditetapkan sesuai dengan pertimbangan sekolah. Misalnya:
• Layanan dasar (30-40%),
• Responsif (15-25%),
• Perencanaan individual (25-35%),
• Dukungan sistem (10-15%).
Ini contoh, dan setiap sekolah bisa mengembangkan sendiri. Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Bimbingan dan Konseling Perkembangan, perlu ditetapkan waktu secara terjadwal untuk layanan bimbingan dan konseling klasikal.

6) Kalender Kegiatan
Program bimbingan dan konseling sekolah yang telah dituangkan ke dalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam bentuk kalender kegiatan. Kalender kegiatan mencakup kalender tahunan, semesteran, bulanan, dan mingguan.

7) Jadwal Kegiatan
Program bimbingan dapat dilaksanakan dalam bentuk :
(a) kontak langsung, dan
(b) tanpa kontak langsung dengan siswa.
Untuk kegiatan kontak langsung yang dilakukan secara klasikal di kelas (layanan dasar) perlu dialokasikan waktu terjadwal 1 – 2 jam pelajaran per-kelas per-minggu. Mengenai jadwal kegiatan bimbingan, dewasa ini sudah mendapat legalitas pemerintah, yaitu dengan terbitnya Peraturan Menteri Diknas No. 22 Tahun 2006. Dalam struktur kurikulum yang termaktub dalam Permen tersebut, tercantum materi pengembangan diri selama 2 jam/minggu, yang berlaku bagi semua satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam implementasinya, materi pengembangan diri dilakukan oleh konselor. Sementara kegiatan langsung yang dilakukan secara individual dan kelompok dapat dilakukan di ruang bimbingan, dengan menggunakan jadwal di luar jam pelajaran. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak langsung dengan siswa dapat dilaksanakan melalui tulisan (seperti buku-buku, brosur, atau majalah dinding),
kunjungan rumah (home visit), konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referal).

8) Anggaran
Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari manajemen bimbingan dan konseling. Perlu dirancang dengan cermat berapa anggaran yang diperlukan untuk mendukung implementasi program. Anggaran ini harus masuk ke dalam Anggaran dan Belanja Sekolah.

9) Penyiapan Fasilitas
Fasilitas yang diharapkan tersedia di sekolah ialah ruangan tempat bimbingan yang khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses layanan bimbingan dan konseling yang bermutu. Ruangan hendaknya sedemikian rupa sehingga di satu segi para siswa yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa senang, aman dan nyaman, serta segi lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan lainnya sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling.
Terkait dengan fasilitas bimbingan dan konseling, disini dapat dikemukakan tentang unsur-unsurnya, yaitu :
(1) tempat kegiatan, yang meliputi ruang kerja konselor, ruang layanan konseling dan bimbingan kelompok, ruang tunggu tamu, ruang tenaga administrasi, dan ruang perpustakaan;
(2) instrumen dan kelengkapan administrasi, seperti : angket siswa dan orang tua, pedoman wawancara, pedoman observasi, format konseling, format satuan layanan, dan format surat referal;
(3) Buku-buku panduan, buku informasi tentang studi lanjutan atau kursus-kursus, modul bimbingan, atau buku materi layanan bimbingan, buku program tahunan, buku program semesteran, buku kasus, buku harian, buku hasil wawancara, laporan kegiatan layanan, data kehadiran siswa, leger BK, dan buku realisasi kegiatan BK;
(4) perangkat elektronik (seperti komputer, dan tape recorder); dan
(5) filing kabinet (tempat penyimpanan dokumentasi dan data siswa).

Di dalam ruangan itu hendaknya juga dapat disimpan segenap perangkat instrumen bimbingan dan konseling, himpunan data siswa, dan berbagai data serta informasi lainnya. Ruangan tersebut hendaknya juga mampu memuat berbagai penampilan, seperti penampilan informasi pendidikan dan jabatan, informasi tentang kegiatan ekstra kurikuler, dan sebagainya. Yang tidak kalah penting ialah, ruangan itu hendaklah nyaman yang menyebabkan para pelaksana bimbingan dan konseling betah bekerja. Kenyamanan itu merupakan modal utama bagi kesuksesan pelayanan yang terselenggara.
Sarana yang diperlukan untuk penunjang layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.
(1) Alat pengumpul data, baik tes maupun non-tes.
Alat pengumpul data berupa tes yaitu: tes inteligensi, tes bakat khusus, tes bakat sekolah, tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi belajar. Alat pengumpul data yang berupa non-tes yaitu: pedoman observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian, alat-alat mekanis, pedoman wawancara, angket, biografi dan autobiografi, dan sosiometri.

(2) Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data.
Alat penyimpan data itu dapat berbentuk kartu, buku pribadi dan map. Bentuk kartu ini dibuat sedemikian rupa dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga mudah untuk disimpan dalam filling cabinet. Untuk menyimpan berbagai keterangan, informasi atau pun data untuk masing-masing siswa, maka perlu disediakan map pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek data siswa yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu alat yang dapat menghimpun data secara keseluruhan yaitu buku pribadi.

(3) Kelengkapan penunjang teknis,
seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan Perlengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, format rencana satuan layanan dan kegiatan pendukung serta blanko laporan kegiatan, blanko surat, kartu konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan agenda surat.

10) Pengendalian
Pengendalian adalah salah satu aspek penting dalam manajemen program layanan bimbingan dan konseling. Dalam pengendalian program, koordinator sebagai pemimpin lembaga atau unit bimbingan dan konseling hendaknya memiliki sifat sifat kepemimpinan yang baik yang dapat memungkinkan tercisekolahanya suatu komunikasi yang baik dengan seluruh staf yang ada. Personel-personel yang terlibat di dalam program, hendaknya benar-benar memiliki tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya maupun tanggung jawab terhadap yang lain, serta memiliki moral yang stabil.
Pengendalian program bimbingan ialah :
(a) untuk mencipakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang ada,
(b) untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan
(c) memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan program yang telah direncanakan.

Pengawas dapat melakukan pengawasan dan pembinaan : apakah program bimbingan dan konseling yang disusun dilaksanakan sesuai dengan rancangan program?. Apakah terdapat dokumentasi sebagai indikator pencatatan pelaksanaan program?. Pengawas dapat berdiskusi dengan konselor program-program mana yang sudah dilaksanakan?, apa hambatan yang ditemui pada saat melaksanakan program?, apakah dapat diidentifikasi keberhasilan yang dicapai program?, apakah dapat diperoleh informasi dampak langsung maupun tidak langsung pelaksanaan program terhadap siswa, pendidik maupun institusi pendidikan?. Pengawas juga diharapkan memberikan dorongan dan saran-saran bagaimana program-program yang belum terlaksana dapat dilakukan. Pengawas harus mengembangkan diskusi bersama pimpinan sekolah dan konselor berkenan dengan dukungan kebijakan, sarana dan prasara untuk keterlaksanaan program.







5. Organisasi dan Personalia
Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan di bawah tanggung jawab Kepala Sekolah dan seluruh staf. Koordinator bimbingan dan konseling bertanggung jawab dalam menyelenggarakan bimbingan dan konseling secara operasional. Personel lain yang mencakup Wakil Kepala Sekolah, Guru Pembimbing (konselor), guru bidang studi, dan wali kelas memiliki peran dan tugas masing-masing dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Secara rinci deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing personel, serta organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dapat disimak pada tabel 1. berikut.
Tabel. 1. Deskripsi Tugas Personalia Bimbingan Konseling di Sekolah
Jabatan Deskripsi Tugas
Kepala Sekolah 1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, serta bimbingan dan konseling di sekolah;
2. Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;
3. Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling di sekolah;
4. Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah;
5. Menetapkan koordinator guru pembimbing yang bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama guru pembimbing;
6. Membuat surat tugas guru pembimbing dalam proses bimbingan dan konseling pada setiap awal catur wulan;
7. Menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan konseling sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing. Surat pernyataan ini dilampiri bukti fisik pelaksanaan tugas;
8. Mengadakan kerja sama dengan instansi lain (seperti Perusahaan/Industri, Dinas Kesehatan, kepolisian, Depag), atau para pakar yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling (seperti psikolog, dan dokter)
Wakil Kepala Sekolah 1. Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua personel sekolah.
2. Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
Koordinator Bimbingan dan Konseling 1. Mengkoordinasikan para guru pembimbing dalam:
(a) memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling;
(b) menyusun program bimbingan dan konseling;
(c) melaksanakan program bimbingan dan konseling;
(d) mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling; (e) menilai program bimbingan dan konseling; dan
(f) mengadakan tindak lanjut.
2. Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya tenaga, sarana dan prasarana;
3. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah.
Konselor atau Guru Pembimbing 1. Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan
2. konseling (terutama kepada siswa).
3. Merencanakan program bimbingan dan konseling bersama kordinator BK.
4. Merumuskan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling.
5. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa yang menjadi tanggung jawabnya (melaksanakan layanan dasar, responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem).
6. Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
7. Menganalisis hasil evaluasi.
8. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian.
9. Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling.
10. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator guru pembimbing atau kepada kepala sekolah.
11. Menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berakhlak mulia (seperti taat beribadah, jujur; bertanggung jawab; sabar; disiplin; respek terhadap pimpinan, kolega, dan siswa).
12. Berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan sekolah yang menunjang peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Guru Mata Pelajaran 1. Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
2. Melakukan kerja sama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling.
3. Mengalihtangankan (merujuk) siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.
4. Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan dan konseling (program perbaikan dan program pengayaan, atau remedial teaching).
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling dari guru pembimbing
6. Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian layanan bimbingan dan konseling
7. Menerapkan nilai-nilai bimbingan dalam PBM atau berinteraksi dengan siswa, seperti : bersikap respek kepada semua siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, atau berpendapat, memberikan reward kepada siswa yang menampilkan perilaku/prestasi yang baik, menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berfungsi sebagai ”uswah hasanah”.
8. bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan pada siswa dengan perbandingan 1 : 150 orang
Wali Kelas 1. Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti layanan bimbingan dan konseling.
3. Memberikan informasi tentang keadaan siswa kepada guru pembimbing untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling.
4. Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu diperhatikan secara khusus dalam belajarnya.
5. Ikut serta dalam konferensi kasus.
Staf Administrasi 1. Membantu guru pembimbing (konselor) dan koordinator BK dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;
2. Membantu guru pembimbing dalam menyiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling.
3. Membantu guru pembimbing dalam menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling.
Adapun struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah (SMP/MTs, SMA/MA/SMK) adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Struktur Organisasi Bimbingan Konseling di SMP/MTs. dan SMA/MA/SMK
Beban tanggungjawab guru pembimbing (konselor) melaksanakan layanan bimbingan dan konseling adalah 1 : 150 siswa, sehingga jumlah konselor yang dibutuhkan pada satu sekolah adalah jumlah seluruh siswa dibagi 150. Pemberian layanan dasar bimbingan secara klasikal dapat memanfaatkan waktu pengembangan diri yaitu 2 (dua) jam pelajaran. Aktivitas dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas secara terjadwal sehingga setiap siswa memperoleh kesempatan memperoleh layanan. Lingkup materi layanan adalah layanan pribadi, sosial, belajar maupun karir.
Terkait dengan peran pengawas sekolah, maka dalam hal ini pengawas sekolah perlu mengetahui dan memahami bagaimana struktur dan lingkup program sebagai bahan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja konselor dan pelayanan pendidikan psikologis yang diterima oleh peserta didik untuk mendukung pencapaian perkembangan yang optimal serta mutu proses dan hasil pendidikan
Pengawas melakukan pembinaan dan pengawasan dengan melakukan diskusi terfokus berkenaan dengan ketersediaan personil konselor sesuai dengan kebutuhan (berdasarkan jumlah siswa) serta upaya-upaya untuk memenuhi ketersediaan konselor, optimalisasi peran dan fungsi personil sekolah dalam layanan bimbingan dan konseling, serta mekanisme layanan sesuai dengan peran dan fungsi.
[Diambil dari: Depdiknas.2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan]

Jumat, 18 Maret 2011

Warna WEB


Warna web adalah warna-warna yang digunakan dalam perancangan halaman-halaman web, dan juga cara mendeskripsikan dan melakukan spesifikasi dari warna-warna tersebut.
Seorang penulis halaman web memiliki banyak kebebasan dalam memilih warna yang akan digunakan bagi elemen-elemen dokumen webnya. Warna-warna yang dimaksud dapat dispesifikasikan menggunakan triplet RGB dalam format heksadesimal (disebut juga sebagai triplet heksadesimal). Cara lain adalah dengan mereferensikan warna-warna tersebut dengan namanya dalam bahasa Inggris, akan tetapi cara ini berlaku terbatas pada hanya warna-warna yang telah dikenal atau dirumuskan. Untuk variasi-variasi warna lain umumnya digunakan piranti lunak grafik atau perkakas warna untuk membuatnya. Di samping adalah contoh sebuah palet warna yang terdiri dari 2048 macam warna. Untuk lebih jelasnya Klik disini

STUDI KASUS


A. Subyek yang mengalami masalah : PRG.IX0126
B. Gambaran Ringkas masalah :
Nilai prestasi akademis menurun drastis, aktivis ekstrakurikuler Pramuka dan menjadi Dewan Penggalang, absensi kurang baik, pengendalian diri dan emosi kurang baik, motivasi belajar kurang, tidak patuh pada orangtua, sering datang terlambat, kadang meningkalkan jam pelejaran, berasal dari keluarga relative mampu namun dalam kondisi terancam "bubar".

C. Proses Kegiatan :
1. Kegiatan Analisis
a) Hasil analisis raport menunjukkan di kelas IX peserta didik : PRG.IX0126 nilai semester genap menurun drastis dan tergolong dibawah rata-rata; naik kelas dengan hasil yang pas-pasan dengan standar ketuntasan minimal dan tiga mata pelajaran di bawah standar ketuntatasan minimal, yaitu ; matematika, bahaha Inggris, dan IPA

b) Berdasarkan hasil catatan anekdot :
1. Sering terlambat, datang ke sekolah
2. Sering tidak masuk sekolah alasan sakit
3. Sering meninggalkan jam-jam pelajaran tertentu
4. Lebih memilih kegiatan ektrakurikuler
5. Perhatian terhadap pelajaran kurang
6. Pakaian serangam sering tidak rapi

c) Berdasarkan informasi wali kelas/guru :
1. Sering menunjukkan sikap cemas / takut
2. Akhir – akhir ini cenderung emosional
3. Pernah bertengkar dengan teman
4. Tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik
download disini
d) Berdasarkan informasi teman sebangku, sering melamun dan mengeluh mengenai keluarganya

e) Hasil wawancara :
1. Adanya keluhan dengan keluarga
2. Ada gejala bingung, orientasi hidup menurun
3. Kurang motivasi
4. Sering sulit mengendalikan emosi

f) Hasil angket: masalah-masalah yang dirasakan ;
1. Usia PRG.IX0126 : 14 tahun
2. Ayah dan ibu adalah pekerja yang sibuk
3. Waktu kerja ayah dan ibu "oglangan" ( tidak sama waktunya )
4. Anak pertama

g) Hasil sosiometri, tidak termasuk peserta didik yang terisolir ( hubungan sosial cukup baik)


h) Hasil kunjungan rumah :
1. Ayah dan ibu sedang dalam kondisi mis-komunikasi
2. Ibu kandung meninggalkan rumah, kembali ke orang tua
3. Keaktivan ke sekolah setiap hari berangkat


i) Hasil daftar pengungkapan masalah :
1. Merasa lelah dan tidak bersemangat
2. Keinginan rekreasi keluarga sering gagal terlaksana
3. Sukar menerima kekalahan
4. Pernah melanggar ketentuan
5. Khawatir tak dapat berdiri sendiri
6. Sering datang terlambat
7. Cenderung temperamental


2. Langkah sintesis
Dari hasil analisis masalah yang dirasakan peserta didik ;
a) Keadaan keluarga sedang kurang harmonis
b) Waktu bersama keluarga ( orang tua ) semakin hilang
c) Emosi yang belum stabil
d) Cenderung bersikap tempera mental
e) Motivasi belajar kurang
f) Khawatir dengan masa depan

3. Langkah diagnosis
Secara umum bahwa peserta didik / klien mengalalami gangguan emosianal berupa turunnya motivasi belajar

4. Langkah prognosis
Alternatif tindakan yang dilakukan :
Melaksanakan konseling dengan pendekatan rasional emotif

5. Langkah pemberian bantuan
a) Konseling pertama:
1. Konselor menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi klien berkaitan dengan kondisi keluarganya yang tidak rasional.
2. Konselor mencoba menunjukkan bagaimana klien membentuk sikap dan nilai-nilai yang tidak logis menjadi rasional.
3. Konselor mencoba berusaha mendorong, membujuk, menyakinkan dan mengendalikan klien agar menerima gagasan yang rasional


b) Konseling kedua:
1. Konselor berupaya menyadarkan klien dari gangguan emosional
2. Konselor mengajak klien mengubah cara berfikir yang tidak rasional
3. Konselor membantu klien untuk memahami gagasan dan pemikiran yang mengarah kepada proses pencerahan pengembangan diri klien


c) Konseling ketiga:
1. Konselor mengajak klien untuk mengembangkan pandangan realistik, sehingga klien terhindar dari pikiran, sikap dan perilaku yang tidak rasional.


D. Rencana penilaian dan Tindak lanjut :
1. Mengamati antusias peserta didik dalam mengikuti kegiatan di sekolah dan di kelas
2. Bekerjasama dengan wali kelas dan guru-guru mata pelajaran dalam mengamati perkembangan emosi peserta didik di luar kelas



Catatan Khusus : Ayah dan ibu terancam bercerai





Mengetahui
Kepala Sekolah,



Drs. Narada, M.Pd.
NIP. 19601102 198803 1 007 Parung,
Konselor / Guru Pembimbing



Drs. Pandu Dewanata
NIP. 19740101 200510 1 234









SATUAN LAYANAN
PELAYANAN KONSELING


A. Topik permasalahan / bahasan : Prestasi Belajar Menurun

B. Bidang bimbingan : Pribadi

C. Jenis Layanan : Layanan Konseling Individual

D. Fungsi Layanan : Pengentasan dan Pengembangan

E. Tujuan Layanan/ hasil yang : Siswa memahami pentingnya belajar
Ingin dicapai : - siswa bisa menjalankan belajar yang efektif
: - siswa mampu mengatasi hambatan belajar

F. Sasaran Layanan : Siswa kelas IX

G. Uraian kegiatan dan materi layanan : Pemberian Layanan Konseling ( terlampir )

H. Metode : Konseling Individual

I. Tempat penyelenggaraan : Ruang BK

J. Waktu / tanggal : Sabtu, 31 Oktober 2009
.
K. Penyelenggara layanan : Guru Pembimbing

L. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan layanan dan peranannya
masing-masing :
1. Wali kelas : Sumber data dan observer tindak lanjut
2. Teman sekelas : sumber data
3. Orang Tua / Wali : sumber data

M. Alat-alat perlengkapan yang digunakan : himpunan data

N. Rencana penilaian dan tindak lanjut layanan :
Penilaian : Laiseg, Laijapen, Laijapang
Tindak lanjut : Monitoring perubahan sikap / perilaku dan prestasi klien

O. Keterkaitan layanan ini dengan layanan / kegiatan pendukung
Aplikasi instrumentasi, home visit dan penyelenggaraan himpunan data

P. Catatan : masalah telah terentasakan, laporan layanan telah
diadministrasikan sebagai dokumen.


Mengetahui
Kepala Sekolah,



Drs. Narada, M.Pd.
NIP. 19601102 198803 1 007 Parung,
Konselor / Guru Pembimbing



Drs. Pandu Dewanata
NIP. 19740101 200510 1 234


Lampiran : Rekaman Konseling

Rekaman Konseling 2
Identitas Klien : Sembadra (PRG.IX0126 )
Pendekatan : Client Centered
Pelaksanaan : Senin, 26 Oktober 2009
Tempat : Ruang BK
Proses Konseling
TAHAP NO PERNYATAAN KONSELOR / KLIEN TEKNIK
Tahap pembukaan 1. Klien: ...Siang pak … !

Konselor: Siang…silahkan...duduk.. Sembadra yang tadi malam sms ke bapak ya .?

Klien : Iya Pak......

Konselor : Oke ....senang sekali akhirnya bisa bertemu denganmu... Acceptance
2. Klien : Makasih pak......

Konselor : Gimana..hari ini...sudah dihadapi dengan senyuman...? Rapport
3. Klien : Wah saya dimana-mana selalu tersenyum pak.....kan saya Smiler Girl...! (berlagak PD)

Konselor : Huaduh.... ternyata hari ni saya bertemu calon presenter....tapi syukurlah..indah dunia ni kalo semua gadis kayak Sembadra..” Acceptance
Rapport
4. Klien : tapi siang ni ada yang mau saya sampaikan sama bapak....

Konselor : Wah....jadi agak nervous ni bapak..da seorang smiler girl mau nyampaikan sesuatu ...emang apa yang mau disampaikan...? terus kenapa mesti saya...? Rapport
Eksplorasi perasaan

Identifikasi masalah


Analisa 5 Klien : karena saya yakin Bapak bisa menerima apa yang saya sampaikan,dan yang utama bapakkan guru sepuh disini... jadi kalau saya mengutarakan hal pribadi pasti tidak akan terbocorkan di sekolah ini.

Konselor : Baik ... terima kasih...telah memberi kepercayaan buat bapak....
Oke sekarang kita mulai........?, silahkan..”!
Attending
Open question



6 Klien : Sekarang saya sedang dapat neraka dunia pak”

Konselor : Waowww....neraka dunia...? banyak orang tidak menginginkan hal itu..”bagaimana bentuk nerakanya...? Reflection of feeling.

Eksplorasi pengalaman
7 Klien : Saya di rumah tidak pernah seperti dulu lagi, dulu saya sangat bahagia ada di rumah...sementara di sekolah juga tidak nyaman dan sulit untuk melupakan berbagai kejadian di rumah...”

Konselor : Oh....gitu...berarti ada yang berubah di dalam kehidupan Sembadra...?dan itu dari sisi keluarga ?

Klien : Iya pak....tapi....saya bingung mencari solusi pemecahan masalahnya.

Konselor:: Oke searang coba ceritakan apa yang melatar belakangi hadirnya neraka dunia itu..

Reflection of feeling.







Open question

8 Klien : Orang tua saya mau bercerai pak....(sontak menangis..dan tidak bisa melanjutan pembicaraan)

Konselor : (Diam lama..menanti..ketenangan emosional klien...)
....Bapak Ibu mau bercerai...bagaimana Sembadra tau dan yakin hal itu...






Leading
9 Klien : Mereka sudah berulang kali. Mengutarakan hal itu sama saya pak...” saya sudah diminta..untuk memilih mau ikut siapa....

Konselor : terus...?!

Klien : saya tidak memilih siapapun...saya ingin hidup sendiri saja...kalo sama bapak, jelas saya akan punya ibu tiri, kalo sama ibu...ibu aja kayak gitu ( menangis)...”

Konselor : Oh...gitu...resah ya...soal masa depan nanti...? dan bingung sekarang apa yang mesti diperbuat...? kok tau jelas bakalan punya ibu tiri..”




Leading
Open question




10 Klien : Iya pak....awalnya dulu kami bahagia pak...sejak adik lahir...kemudian mencari mbak buat ngasuh adik..karena bapak dan ibu kerja..mbak itu kayaknya yang ngganggu bapak....kan sering bapak masuk kerja sif malam, saya sekolah dan ibu kerja...jadi Cuma dirumah sama mbak itu....kayaknya lama-kelamaan mereka tidak benar....akhirnya suatu hari ibu mergoki mereka....dan sejak saat itu dikit demi sedikit....bapak ibu makin tidak rukun..

Konselor : ( Menarik napas panjang ...sikap empati...) Aduh ... sedih dan menyakitkan buatmu ya..? terus kondisi selanjutnya...” Reflection of feeling.

Paraphrasing
11 Klien : Ibu pergi dari rumah sejak dua bulan yang lalu...karena sudah kesal dengan kelakuan bapak...setiap saya main ketempat ibu..selalu diambil paksa oleh bapak....

Konselor : Jadi selama ini Sembadra sering mondar mandir dan semua dengan keadaan terpaksa..?

Leading
Open question

12 Klien : Iya pak…pernah simbah dari ibu datang kerumah… dan bicara baik-baik sama bapak…dan memang kesepakatannya akan bercerai…..dan sekarang saja mbak itu sudah tidak di rumah…karena saya sering mengamuk…tiap bapak memperlakukan special pada mbak itu dibanding saya….

Konselor : Lho terus.....yang ngrawat adik..? ” dan berarti mbak itu sudah pergi dong..?


Supporting


Open question

13. Klien : tidak pak….malah bapak mencarikan kos khusus buat dia..dan dicarikan pekerjaan …adik ikut mbah…kalo malem bapak pulang kerja baru diambil….”

Konselor : Ya ampun…..menurutmu bapak malah tambah menjadi-jadi ya… ….?


Focusing
14. Klien : iya pak…saya tidak mengira dan menyangka bapak akan begitu …megorbankan seluruh kebahagian kami cuma demi mbake itu…..

Konselor : Aduh... Sembadra …kamu tergolong anak yang kuat menghadapi konflik..

Klien: makasih pak…” tapi lama kelamaan saya tidak kuat juga…!

Konselor : Terus kondisi sekarang sudah sampai taraf mana…?
Supporting
Reflection of feeling.





Open question

15. Klien: ...(menangis ...............)

Konselor : Oke tahan dulu....lepasin tangismu....memang semua yang Allah berikan...diluar perkiraan kita.

Klien : ..Iya pak.........(menangis agak reda...)

Konselor : Oke...mari kita teruskan..! gimana kondisi terakhir keluarga saat ini.... Sembadra..?



Supporting(Pendukung)
Reflection of feeling.
(Cerminan/Pemantulan merasakan.)

16. Klien : tiap malam saya cuma menangis dan menangis...tiap bapak membelikan makan tidak pernah saya makan.. saya lempar keluar kamar terus saya kunci….

Konselor : aduh….berarti tidak pernah makan malam…dan tiap malam dilalui dengan sendirian di kamar menangis meratapi yang terjadi…membayangkna masa dulu waktu masih kumpul…dan terbayang masa depan …kemungkinan Sembadra akan terkatung-katung sendirian..?




Restatement (Uraian baru)
Paraphrasing
(Nafsirkan)
17. Klien: Iya pak...sekarang saya kurus…tidak sepert dulu.. belajar dirumah tidak pernah bisa…di sekolah saya selalu iri sama teman-teman yang banyak cerita betapa rukunnya orang tua mereka…saya pernah mau bunuh diri….tapi masih diingetkan sama Allah jadi tidak jadi….

Konselor : Astaghfirullah…..jangan sebegitunya..! Allah memberi cobaan pada hambanya…sesuai kemampuannya…dan dibalik duka ada hikmah yang mungkin dapat terambil pelajaran…jangan lakukan lagi ya…:

Klien : ...Iya pak..tapi terkadang saya meras mentok..”

Konselor : Iya Bapaktau...”jadi sekarang belajarpun jadi kacau...
Leading
Focusing
18. Klien : kacau..pak ..sangat kacau….kemarin waktu Semesteran ini…saya empat mata pelajaran yang remidi….padahal seumur-umur dari SMP tidak pernah saya mengenal remidi..

Konselor : Wow…berarti sangat melorot ya…itu semua karena beban dihati dan pikiran yang berat ya..”?



Leading




Sintesis 19. Klien : Iya pak...saya tidak pernah masuk diotak kalo membaca atau belajar di rumah…sikap bapak semakin hari semakin tidak saying sama saya tapi saya pergi dan ketempat ibu tidak boleh..”

Konselor : kok…mengtakan makin tidak sayang…dengan dasar apa..”
Clarification (Klarifikasi)
Open question
(Pertanyaan terbuka)
20. Klien : akhir-akhir ni sudah sering marah-marang sama saya….pernah saya dilempar..tusuk penggorengan dan kena lengan saya…karen saya protes atas keadaan keluarga saat ini,…tiap saya bilang “ sekarang lebih sayang sama mbake itu daripada sama aku..” dia jawab “ kalo bapak rak sayang nopo kowe iseh tak openi dan tak ragati sekolah”..terus saya hanya diem dan menangis..

Konselor : Aduh…benar-benar neraka ya...?


Paraphrasing
Leading

21. Klien : iya pak….saya pernah bertanya soal masa depan saya…dia bilang “terserah”!…saya minta dikuliahin…susruh minta ma ibu..tapi tiap saya ketemu sama ibu…dia marah..

Konselor : Wah ….sampai sebegitunya ya bapak…nah sekarang keinginan jikun apa… .

Paraphrasing (Menafsirkan)

Leading (Mimpin)


Diagnosa 22. Klien: Saya….tidak ingin apa apa lagi pak…saya rela melakukan apapun…menjadi wujud apapun..mati sakalipun…asal bapak dan ibu rukun kembali kayak dulu…(kembali menangis…)

Konselor : Oke..oke..bapak tahu….( terik nafas panjang diam menunggu ketenangan emosi klien)




Focusing (Musatkan/ focus)

23. Klien : Maafin saya ya pak....membebani bapak...

Konselor : bapak seneng kok , menjadi kepercayaaan Sembadra dalam hal ini….santai aja yah…

Focusing (Musatkan/ focus)
Summarizing
(Ringkas)

24.
Klien: makasih pak…..lalu kira-kira apa yang harus saya lakukan pak….?

Konselor: : Kira-kira rencana bapak dan ibu itu seberapa kuat dan sekarang sampai tingkat mana..

Klien : Yang pasti….kemarin simbah dari ibu sudah datang kerumah…saya Cuma didalam menangis…tapi kemudian saya dipanggil…sama mbah diminta memutuskan saya jadi ikut siapa..berarti kan…sudah serius pak…? Tiap malam minggu bapak tidak tidur di rumah…dan mungkin tidur di kosnya mbak itu…yang bikin kesel lagi…untuk melampiaskan kejengkelan…ibu juga sudah punya pacar juga…seorang polisi…yang duda…”

Konselor : O yaa.....’?



Problem limit (Batas Masalah)

Summarizing
(Ringkas)
Prognosis 25. Klien: iya pak…saya juga tidak habis pikir..tapi ibu kayak gitu setelah semua kondisi ini terjadi….kayak semacam balas dendam gitu pak.

Konselor: : …Oke-oke bapak ngerti….apa yang dilakukan ibumu..hal yang manusiawi meskipun itu juga tidak bisa dibenarkan…terus kalau seandainya benar-benar jadi bercerai…… rencana Sembadra.? Leading
Supporting (Terkemuka Dukung )
26. Klien: Saya tidak akan ikut siapapun…saya akan mandiri….ya cari kerja.. ngekos to pak.... dan...tidak terpengaruh oleh siapapun..kalo perlu saya akan meninggalkan kota Ini dan menghapus semua kenangan dan membuat lembaran baru dengan diri saya sendiri.

Konselor.: Hebat... hebat... bener bener smiler girl nih ........ berani begitu….” Supporting Prediction
Treatment 27. Klien: Iya Pak…ketimbang ikut salah satu dan tidak bahagia karena sama-sama dapat orang tua tiri.

Konselor:: tapi mungkinkah rencana Ortu itu digagalkan…

Reflection of feeling.
Open question

28. Klien: Kalo menurut saya pak melihat gelagat..sudah terlibatnya mbah..kayaknya tidak mungkin deh pak….soale kayaknya tinggal nunggu dealnya…

Konselor: jadi rencana Sembadra untuk pergi dan menentukan hidup sendiri kayaknya bakal jadi kenyataan dong ….




Supporting
Reflection of feeling.
Attending
29. Klien: kemungkinan gitu pak...

Konselor : Apa kamu bener-bener akan kuat hadapi hidup ini dan mampu mandiri...cukup berat lho... Acceptance

Leading
30. Klien: kuat pak...’

Konselor: bapak faham....kamu cantik dan masih muda.......bener mampu mandiri ? ...... terus mau kerja apa..?
Conclusing
Planning



31. Klien: Pak…pohon jati justru tumbuh di tempat yang tandus…bukan di rawa-rawa…saya bakal jadi orang yang kuat dan hebat..karena terkena badai ini….saya punya om di Temanggung..dia punya kebun tembakau…saya berencana mau keja di sana aja…sambil memulai semua dengan lembaran baru

Konselor : Wah...hebat itu...kamu punya prinsip dan berani mengambil dan memilih sikap dalam kehidupanmu sendiri yang relative masih muda......

Clarification
31. Klien : Iya …dong pak…

Konselor : okey ….. sepanjang menurutmu hal itu merupakan penyelesaian yang terbagus..!


Confrontation
Evaluation
Kesimpulan 32. Klien: Siiip Pak…

Konselor: Jadi rencana Orang tua kira-kira tidak bisa digagalkan lagi..?

Klien : Iya pak kayaknya saya mentok.. (terdiam..)

Konselor: Baik Allah selalu bersama hambaNya yang tabah dan tawakal…yang pasti Sembadra tidak sebaga pihak yang salah…tapi sebelum itu terjadi.....bukankah hanya Allah sang Maha Penentu,......masih punya kekuasaan...





Supporting
Confrontation
Penutup 33. Klien : Iya Pak...

Konselor : Siapa tau ada sebuah keajaiban …dan keajaiban itu datang atas doa seseorang dengan tulus.....berdo’alah dengan tulus…tahajud dan lainnya…mintalah pada Allah agar semua ii tidak terjadi.

Reassurance postdiction
Supporting
34. Klien : Ya Pak …masih ada harapan atas pertolongan Allah…

Konselor : Iya…hanya Allah tempat yang paling pas buat kita mengadu dan yang Maha Kuasa menentukan segala apapun yang terjadi di dunia… Structuring:
Time limit
35. Klien : Iya Pak Makasih..doain saya ya pak..

Konselor : Iya Bapak akan doain Sembadra..., tabah dan tetap semangat ya......???



36. Klien: Iya Pak makasih….banget Bapak mau ndengerin saya…

Konselor : Itu sudah jadi kewajiban saya kok….kita sama- sama berdoa ya..? mudah-mudahan ini akan menjadi amal kebaikan kita semua… ..... Amin

Klien: aminn....


Parung,
Konselor / Guru Pembimbing



Drs. Pandu Dewanata
NIP. 19740101 200510 1 234

LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

A. Identitas konseli :
1. Nama :
2. Kelas : IX
3. Jenis Kelamin : perempuan
4. Agama : Islam

B. Deskripsi masalah yang dialami konseli :
1. Sering tidak masuk tanpa keterangan
2. Sering tidak mengerjakan tugas –tugas dari guru, malas belajar dan sering terlambat

C. Kerangka teoritis :
Tingkah laku negatif menurut Behavior adalah tingkah laku atau kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, berupa tingkah laku yang tidak sesuai dengan nilai normatif lingkungan klien

D. Diagnosis/ Hasil diagnosa :
Perilaku peserta didik yang bermasalah dari hasil pengamatan konselor disebabkan karena pengaruh kurangnya perhatian orang tua dan pengaruh teman dalam pergaulan

E. Prognosis/ Ramalan :
Konselor merumuskan langkah langkah untuk penyelesaian masalah

F. Treatmen / Konseling :
1. Konselor membuka
2. Konselor meminta konseli mengemukaakan masalah
3. Konselor meminta konseli merumuskan langkah pemecahan/ perbaikan
4. Konselor bersama konseli merumuskan hasil konseling

G. Hasil Konseling :
1. Konselor dan konseli sepakat untukmengadakan absen khusus, untuk memantau agar konseli tidak membolos dan tidak terlambat.
2. Konseli bersedia ikut belajar kelompok agar bisa mengerjakan tugas atau PR
3. Konseli akan ikut bimbingan kelompok atau mengundang guru privat agar tidak malas belajar
H. Evaluasi : Laiseg, Laijapen, Laijapang
I. Tindak Lanjut :
1. Memantau kehadiran konseli dengan absen khusus
2. Menyalurkan konseli dalam kelompok belajar agar terbantu dalam mengerjakan PR
3. Mediasi dengan orang tua untuk mengikutkan anak bimbingan belajardi sebuah lembaga
4. Menjalin komunikasi lewat telpon dengan orang tua untuk memonitor kegiatan belajar anak.

Parung,
Guru Pembimbing,








PERANGKAT PENDUKUNG
STUDI KASUS


1. Buku Laporan Pendidikan ( disimpan Wali Kelas )
2. Kartu Pribadi Peserta Didik ( terlampir )
3. Surat Pemberitahuan Kunjungan Rumah ( terlampir )
4. Format Balasan Orang Tua / Wali ( terlampir )
5. Surat Tugas Kunjungan Rumah ( terlampir )
6. Pedoman Wawancara ( terlampir )
7. Laporan Hasil Kunjungan Rumah ( terlampir )
8. Format Penilaian ( terlampir )































KARTU PRIBADI PESERTA DIDIK



I. Data Pribadi
1. Nama :
2. Tempat & Tgl. Lahir :
3. Alamat :
4. Agama :
5. Bahasa Sehari-hari :
6. Hobby :
7. Mata Pelajaran yang digemari :
8. Mata Pelajaran yang dirasa sulit :
9. Cita-cita :
a. Setelah keluar dari SMP :
b. Pekerjaan/ Profesi :
10. Kegiatan di luar sekolah : a. …………………………………………….
b. …………………………………………….
c. …………………………………………….
11. Tempat Belajar di rumah sendiri diruang makan
di rumah kawan di ruang tamu
di kamar tidur ……………...........
12. Waktu Belajar a. Pagi hari dari jam : ……….s/d……...
b. Sore hari dari jam : ……….s/d………
c. Waktu lain dari jam : ……….s/d………
13. Belajar sendiri ke privat/ klasikal
bersama teman ……………………
14. Jarak rumah ke sekolah ……………………………………….km
15. Berangkat / pulang sekolah : Berjalan kaki/ sepeda/ sepeda motor/
kendaraan umum
Uang Saku sehari –hari : Rp. -


II. Susunan saudara kandung/ tiri termasuk peserta didik yang bersangkutan:

No NAMA Tempat dan tanggal lahir Bekerja di Sekolah/
Kelas KET.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

III. Data orang tua/ wali

No URAIAN Ayah
(kandung / tiri) Ibu
(kandung/ tiri) Wali
1. Nama
2. Tempat/ Tgl. Lahir
3. Agama
4. Pendidikan Terakhir
5. Alamat Rumah
6. No. Telp yg bisa dihubungi
7. Pekerjaan
8. Penghasilan sebulan
9. Tanda tangan
10. Hubungan orang tua dengan wali


IV. Riwayat Pendidikan

No URAIAN TK SD SMP
1. Nama Sekolah
2. Masuk Tahun
3. Tidak naik/ lulus
4. Lulus Tahun
5. Prestasi yang pernah dicapai




V. Riwayat Kesehatan

No URAIAN Kelas Th. / Kelas Th. / Kelas Th /
1. Berat Badan
2. Tinggi Badan
3. Ukuran kacamata
4. Penyakit yang pernah
diderita

5. Golongan Darah : Kelainan Jasmani :


VI. Hasil Belajar

1. Tahun Pelajaran
2. Kelas
3. Semester
4. Jumlah nilai rapor
5. Rata-rata nilai rapor
6. Ranking
7. Jumlah peserta didik pararel


VII. Lain-lain (peristiwa yang menghambat/ mempercepat perkembangan/ prestasi belajar)















Data Beas peserta didik

Jenis Beapeserta didik Kelas ……. Kelas ……. Kelas ……. Kelas …….
Semester Semester Semester Semester
I II I II I II I II






VIII. Problematika dan Harapan

Problematika yang dialami peserta didik Harapan Masa Depan
Harapan studi Harapan pekerjaan Hambatan





CATATAN :











Mengetahui
Orang Tua / Wali




Tanda Tangan dan Nama Terang Parung, ……………………………





Tanda Tangan dan Nama Terang



SURAT PEMBERITAHUAN KUNJUNGAN RUMAH


KOP SEKOLAH


Nomor : Parung, 29 Oktober 2009
Lamp : ---
Hal : Kunjungan Rumah


Yth. Sdr. Burisrawa
di
Parung


Dengan ini kami menugaskan:

1. Drs. Pandu Dewanata
2. Dra. Srikandi

selaku Koordinator Staf Bimbingan dan Konseling SMP 234 Parung untuk mengadakan kunjungan ke rumah Saudara pada:

Hari, tanggal : Selasa, 3 Nopember 2009
Jam : 15.30 wib

Dalam rangka usaha kami di bidang bimbingan dan konseling guna membicarakan masalah putra / putri Saudara:

Nama : Aswatama
Kelas : IX E
Nomor Induk : 5473

Kami harap Saudara bersedia menerima kunjungan para konselor kami tersebut di atas dengan mengirimkan kembali surat yang kami lampirkan ini.
Atas kesediaan Saudara, diucapkan terima kasih.



Kepala Sekolah,



Drs. Narada, M.Pd.
NIP. 19601102 198803 1 007


FORMAT SURAT BALASAN ORANG TUA / WALI



Parung, ……………………….

Kepada:
Yth. Sdr. Kepala Sekolah
SMP 234 Parung
di
Parung


Disampaikan dengan hormat, bahwa kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ……………………………..
Alamat : ……………………………..

Adalah orang tua/wali dari peserta didik:

Nama : …………………………….
Kelas : …………………………….
No. Induk : …………………………….

Dengan ini menyatakan kesediaan kami untuk menerima kunjungan Sdr. …………………………. dan Sdr. ………………………. ke rumah kami pada:

Hari : ……………………………..
Tanggal : ……………………………..
Jam : ……………………………..

Untuk membicarakan masalah yang dihadapi oleh putra/putri kami tersebut di atas, sesuai dengan surat Sdr. tanggal ………………………………. Nomor ……………………………..

Demikian agar Saudara memakluminya.


Hormat kami,
Orang tua/wali peserta didik,



…………………………….





SURAT TUGAS KUNJUNGAN RUMAH

KOP SEKOLAH


: Parung, 29 Oktober 2009
SURAT TUGAS
No. 234 / 76



Yth. Sdr. Burisrawa
di
Parung


Dengan ini kami menugaskan:

1. Drs. Pandu Dewanata
2. Dra. Srikandi

selaku Koordinator Staf Bimbingan dan Konseling SMP 234 Parung untuk mengadakan kunjungan ke rumah Saudara pada:

Hari, tanggal : Selasa, 3 Nopember 2009
Jam : 15.30 wib

Dalam rangka usaha kami di bidang bimbingan dan konseling guna membicarakan masalah putra / putri Saudara:

Nama : Aswatama
Kelas : IX E
Nomor Induk : 5473

Kami harap Saudara bersedia menerima kunjungan para konselor kami tersebut di atas dengan mengirimkan kembali surat yang kami lampirkan ini.
Atas kesediaan Saudara, diucapkan terima kasih.



Kepala Sekolah,



Drs. Narada, M.Pd.
NIP. 19601102 198803 1 007

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara ke : ……………
Tujuan : Memperoleh informasi tentang gejala gejala KES-T Klien
Responden :
Nama peserta didik :
Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :




No. Pertanyaan Jawaban

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kesimpulan/catatan:





Parung, …………………….
Interviewer,


……………………………
tanda tangan dan nama terang

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH


I. Identitas :
1. Nama murid
2. Kelas
3. Nama orang tua/wali
4. Pekerjaan orang tua/wali
5. Alamat rumah :
:
:
:
: ………………………………………..
………………………………………..
………………………………………..
………………………………………..
………………………………………..

II. Tujuan kunjungan rumah : Memperoleh informasi tentang gejala gejala KES - T Klien

III. Waktu kunjungan : Hari …………… Tanggal …………..
Jam ……………. Sampai ……………

IV. Hasil Kunjungan : ………………………………………..
………………………………………..
………………………………………..
………………………………………..
………………………………………..

V. Kesimpulan : ………………………………………..
………………………………………..
………………………………………..
………………………………………..
………………………………………..

Mengetahui
Kepala Sekolah,



Drs. Narada, M.Pd.
NIP. 19601102 198803 1 007 Parung,
Konselor / Guru Pembimbing



Drs. Pandu Dewanata
NIP. 19740101 200510 1 234



PENILAIAN HASIL
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

LAISEG


Hari, Tanggal Layanan : ........................................................
Jenis Layanan : .............................Perorangan / Kelompok *)
Pemberi Layanan : ..............................


Isilah titik-titik di bawah ini dengan singkat.
1. Topik-topik apakah yang telah dibahas melalui layanan tersebut? .....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

2. Hal-hal atau pemahaman baru apakah yang Anda peroleh dari layanan tersebut? ..........................................................................................................................................................................................................................................................................
3. Bagaimanakah perasaan Anda setelah mengikuti layanan tersebut? ..........................................................................................................................................................................................................................................................................
4. Hal-hal apakah yang akan Anda lakukan setelah mengikuti layanan tersebut? ..........................................................................................................................................................................................................................................................................
5. Apakah layanan yang Anda ikuti berkaitan langsung dengan masalah yang Anda alami?
a. Apabila ya, keuntungan apa yang Anda peroleh? ..........................................................................................................................................................................................................................................................................
b. Apabila tidak, keuntungan apa yang Anda peroleh? ..........................................................................................................................................................................................................................................................................
6. Tanggapan, saran, pesan atau harapan apa yang ingin Anda sampaikan kepada pemberi layanan? ..........................................................................................................................................................................................................................................................................

................, ............................




....................................
*) Coret salah satu

PENILAIAN HASIL
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

LAIJAPEN


Hari, Tanggal Layanan : ....................................................
Jenis Layanan : ............................. Perorangan / Kelompok *)
Pemberi Layanan : ...................................................

Isilah titik-titik di bawah ini dengan singkat.
1. Apa masalah yang telah dibahas melalui layanan tersebut? ....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2. Bagaimanakah kondisi masalah tersebut sekarang?
a. Hal-hal apa yang telah Anda lakukan secara nyata untuk mengatasi masalah tersebut? ..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
b. Perbaikan apasajakah yang telah terjadi?
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
c. Bagaimanakah Anda menyikapi masalah tersebut sekarang?
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
3. Berdasarkan gambaran no. 3, berapa persen masalah yang Anda alami tersebut yang telah terentaskan/ teratasi sampai sekarang?
a. 95 % - 100 %
b. 75 % - 94 %
c. 50 % - 74 % d. 30 % - 49 %
e. 10 % - 29 %
f. Kurang dari 10 % g. Semakin berat
h. ..........................
4. Tanggapan, saran, pesan atau harapan apa yang ingin Anda sampaikan kepada pemberi layanan? ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................

.................., ............................




....................................
*) Coret salah satu

PENILAIAN HASIL
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

LAIJAPANG

Hari, Tanggal Layanan : ....................................................
Jenis Layanan : ............................. Perorangan / Kelompok *)
Pemberi Layanan : ...................................................

Isilah titik-titik di bawah ini dengan singkat.
1. Apa masalah yang telah dibahas melalui layanan tersebut? ....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2. Bagaimanakah pengaruh masalah Anda tersebut terhadap kehidupan Anda sekarang?
a. Masih adakah pengaruh negatif yang diakibatkan oleh masalah tersebut? ..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
b. Bagaimanakah kondisi Anda sekarang dengan telah ditanganinya masalah Anda tersebut?
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
c. Bagaimanakah Anda menyikapi masalah tersebut (kalau belum terentaskan) atau kemungkinan timbulnya kembali masalah tersebut di masa yang akan datang?
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
3. Berdasarkan gambaran no. 3, berapa persen masalah yang Anda alami tersebut yang telah terentaskan/ teratasi sampai sekarang?
d. 95 % - 100 %
e. 75 % - 94 %
f. 50 % - 74 % g. 30 % - 49 %
h. 10 % - 29 %
i. Kurang dari 10 % j. Semakin berat
k. ..........................
4. Tanggapan, saran, pesan atau harapan apa yang ingin Anda sampaikan kepada pemberi layanan? .................................................................................................................................................................................................................................................................................................
.................., ..........




....................................
*) Coret salah satu

Selasa, 15 Maret 2011

Tujuh Sikap untuk Mencairkan Konflik di Sekolah


Konflik dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang dihadapkan dengan motif, keyakinan, nilai dan tujuan yang saling bertentangan. Konflik bisa dialami oleh siapapun dan di manapun, termasuk oleh komunitas di sekolah. Siswa, guru, atau pun kepala sekolah dalam waktu-waktu tertentu sangat mungkin dihadapkan dengan konflik.
yang dialami individu di sekolah dapat hadir dalam berbagai bentuk, bisa dalam bentuk individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Misalnya, seorang guru berhadapan seorang guru, seorang guru berhadapan dengan sekelompok guru, sekelompok guru tertentu berhadapan dengan sekelompok guru lainnya., dan sejenisnya. Konflik yang terjadi diantara mereka bisa bersifat tertutup, terbuka atau bahkan menjadi konfrontasi. Apabila konflik yang terjadi di sekolah tidak terkelola dan bersifat destruktif, maka selain dapat mengganggu kesehatan dan kualitas kehidupan seseorang, juga dapat mengganggu terhadap pencapaian efektivitas dan efisiensi pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Terkait dengan upaya mengelola konflik di sekolah, Daniel Robin (2004) dalam sebuah artikelnya menawarkan tujuh sikap yang diperlukan untuk mencairkan konflik.
1. Define what the conflict is about
Definisikan secara jelas konflik apa yang sedang berkembang. Tanyakan pada setiap orang “Ada issue apa?”, lalu tanyakan pula “Apa kepedulian Anda di sini? atau “Apa yang kamu rasakan dan manfaat dari pertengkaran ini”. Secara berkala tanyakan pula “Apa yang ingin Anda capai dan bagamana kita harus mengerjakannya?”

2. It’s not you versus me; it’s you and me versus the problem
Memiliki keyakinan bahwa “Ini bukanlah pertentangan antara anda dengan saya, tetapi ini adalah saya bersama anda melawan masalah itu”. Masalah yang sebenarnya adalah masalah itu sendiri, yang harsus diselesaikan, bukan terletak pada orangnya. Adalah hal yang amat bodoh, jika Anda mencoba mengalahkan salah satu dari antara pihak yang berkonflik, karena suatu saat setelah mereka dikalahkan, meraka akan kembali melakukan pertempuran ulang (rematch) yang terus-menerus, yang mungkin dengan daya tembak yang lebih kuat. Jangan paksa orang untuk bertekuk lutut!

3. Identify your shared concerns against your one shared separation.
Lakukan identifikasi orang-orang yang memiliki kepedulian yang sama dengan Anda dan orang–orang yang justru berseberangan dengan Anda. Jika dihadapkan pada suatu konflik, buatlah semacam kesepakatan dengan kelompok yang memiliki hubungan paling kuat (dimana Anda menyetujuinya), tidak dengan kelompok yang paling lemah. Ini akan lebih mudah dan juga lebih efektif, apabila Anda hendak mengalihkan hal-hal yang disetujui maupun tidak disetujui. Pahami sudut pandang mereka dan berikan penghargaan atas perbedaaan yang ada.

4. Sort out interpretations from facts.
Memilah interpretasi berdasarkan fakta. Jangan meminta suatu pendapat dari orang yang sedang berkonflik, karena hanya akan memperoleh pendapat dan penafsiran versi mereka. Tetapi sebaiknya ungkapkan “Apa yang telah kamu lakukan atau katakan?” pertanyaan semacam ini akan lebih menggiring pada fakta, yang selanjutnya dapat dijadikan dasar bagi pemecahan konflik


5. Develop a sense of forgiveness.
Kembangkan rasa untuk memaafkan. Tidak mungkin terjadi rekonsiliasi tanpa belajar memaafkan kesalahan orang lain. Banyak orang melakukan perdamaian tetapi tidak bisa mengubur kejadian yang sudah-sudah sehingga pada hari kemudian memunculkan lagi pertengkaran. Oleh karena itu, setiap orang penting untuk dibelajarkan mau memaafkan orang lain secara tulus. Yang lalu biar berlalu, hari ini kenyataan dan esok hari adalah harapan!

6. Learn to listen actively
Belajar mendengar secara aktif. Putarlah paradigma dari ungkapan “ Ketika saya bicara, orang lain mendengarkan” menjadi “Ketika saya mendengarkan, orang lain berbicara kepada saya”. Mendengarkan dengan tujuan untuk memahami, bukan untuk menjawab Mulailah dengan berusaha memahami, kemudian menjadi dipahami. Setidaknya dengan cara ini, akan membantu melepaskan ego atau uneg-uneg yang bersangkutan (katarsis)

7. Purify your heart.
Terakhir, berusaha mensucikan hati. Hati yang bersih merupakan benteng utama dari berbagai serangan dari luar dan juga akan pembimbing kita dalam setiap tindakan. Anda tidak akan mendapatkan konflik atau kekerasan dari orang lain, jika dalam hati dan jiwa Anda bersemayam kebajikan. Rasa benci, iri dan dengki yang bercokol di hati kerapkali menjadi pemicu terjadinya.

Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran


BAB I PSIKOLOGI DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perilaku yang dimaksud adalah, perilaku motorik yaitu perilaku dalam bentuk gerakan. Perilaku kognitif ialah perilaku dalam bentuk bagaimana individu mengenal alam dis ekitarnya. Perilaku konatif ialah perilaku yang berupa dorongan dari dalam individu. Perilaku afektif ialah perilaku dalam bentuk perasaan atau emosi.
Pendekatan utama dalam psikologi yaitu: Pendekatan behaviorisme, lebih mengutamakan hal-hal yang nampak dari individu. Perilaku adalah segala sesuatu yang bisa di amati oleh alat indera sebagi hasil dari interaksi dengan lingkungnnya. Pendekatan psikoanalisa, lebih mengutamakan hal-hal yang ada di bawah kesadaran individu. Pendekatan kognitif, perilaku sebagai proses internal, yang merupakan suatu proses input-output yaitu penerimaan dan pengolahan hasil dari informasi, untuk kemudian menghasilkan keluaran. Pendekatan humanistik, bahwa manusia sudah awalnya mempunyai dorongan untuk mewujudkan dirinya sebagai manusia di lingkungannya. Pendekatan neurobiologi yang mengaitkan perilaku individu dengan kejadian di dalam otak dan syarafnya.
Psikologi pendidikan yaitu cabang psikologi secara khusus mengkaji berbagai perilaku inddividu dalam kaitannya dengan pendidikan, tujuannya untuk menemukan fakta, generalisasi, dan teori psikologis yang berkaitan dengan pendidikan untuk digunakan dalam upaya melaskanakan proses pendidikan yang efektif.Peranan psikologi dalam pembelajaran dan pengajaran yaitu : memahami siswa sebagai pelajar, memahami prinsip dan teori pembelajaran, memilih metode-metode pengajaran, menetapkan tujuan pembelajaran, menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, memilih dan menetapkan isi pengajaran, membantu siswa yang mendapat kesultan dalam pembelajaran, memilih alat bantu pengajaran, menilai hasil pembelajaran, memaham kepribadian dan profesi guru, membimgbing kepribadian siswa. Komentar /refleksi: Psikologi merupakan suatu ilmu pengetahuan karena psikologi menggunakan metode-metode ilmiah. Psikologi pendidikan sangat penting untuk dipelajari, dipahami, dan ditelaah oleh mahasiswa keguruan. Karena pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan individu yang berperilaku yang ikut terlibat dalam pendidikan. Seyogyanya mereka yang terlibat dapat menunjukkan perilaku yang seusai agar proses pendidikan dapat berlangsung secara efektif sesuai dengan landasan dan tujuan yang akan dicapai.

BAB II PENGERTIAN PEMBELAJARAN

Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahanperilakuu yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut ialah :
1. Pembelajaran sebagai suatu usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini bermakna bahwa prosees pembelajaran itu ialah adanya perubahan perilaku dalam diri individu.
2. Hasil pembelajarn ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan.
3. Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang berkesinambungan.
4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sustu tujuan yang ingin dicapai.
5. Pembelajaran merupakan suatu pengalaman.
Komentar /refleksi: Pembelajaran merupakan aktivitas paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Untuk itu pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Dalam bab ini dibahas tentang pengertian pembelajaran dan keterkaitan dengan pengertian lain. Untuk itu bisa dijadikan acuan untuk mengetahhui arti pembelajaran agar keberhasilsan pencapaian tujuan pendidikan bisa tercapai denggan efektif.

BAB III PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN

Proses pembelajaran ialah proses individu mengubah perilaku dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Halini berarti bahwa individu akan melakukan kegiatan belajar apabila ia menghadapi situasi kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi oleh insting atau kebiasaan.
Proses pembelajaran merupakan suatu aktivitas sebagai berikut :
1. Individu merasakan adanya kebutuhan dan melihat tujuan yang ingin dicapai.
2. Kesiapan (readiness) individu untuk mengetahui kebutuhan dan mencapai tujuan.
3. Pemahaman situasi lingkungan.
4. Mentafsirkan situasi yaitu bagaimana individu melihat kaitan berbagai aspek yang terdapat dalam situasi.
5. Tindak balas (respons)
6. Akibat (hasil) pembelajaran.
Hasil dari proses pembelajaran ialah perubahan perilaku individu. Individu akan memperoleh perilaku yang baru, menetap, fungsional, positif, disadari, dsb. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran ialah perilaku keseluruhan yang mencakup aspek kognitiif, konatif, afektif, dan motorik.
Jenis-jenis pembelajaran berdasarkan dari aspek pembelajaran yang akan dicapai yaitu : pembelajaran keterampilan, pembelajaran sikap, dan pembelajaran pengetahuan. Dari sifatnya dibedakan antara pembelajaran formal, informal, dan non formal.
Komentar /refleksi: Dalam bab III ini dibahas mengenai proses pembelajaran, yang bisa dipelajari bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Hasildari proses pembelajaran ada dua kemungkinannya yaitu sukses atau gagal. Apabila hasilnya sukses maka tercapai segala tujuannya dan akan memperoleh kepuasan dan apabila gagal akan mersa kecewa. Disini guru diharapkan dapat membantu murid-murid yang gagal agar mereka tidak berputus asa dan mampu belajar deengan baik.

BAB IV TEORI-TEORI PEMBELAJARAN (1)

Teori merupakan suatu perangkat prinssip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Karakteristik suatu teori ialah memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu iinformasi dan dapat prinsip yang dapat diuji. Fungsi teori pembelajaran dalam pendidikan adalah:
1. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pengajaran.
2. Menilai hasil-hasil yang telah dicapai untuk digunakan dalam ruang kelas.
3. Mendiagnosis masalah-masalah dalam ruang kelas.
4. Menilai hasil penelitian yang dilaksanakan berdasarrkan teori-teori tertentu.
Teori pembelajaran behaviorisme yang berpendapat bahwa perilaku terbentuk melelui perkaiatan antara rangsangan (stimulus) dengan tindak balas (respon). Perubahan perilaku lebih banyak karena pengaruh lingkungan. Teori behaviorisme dibedakan antara teori pelaziman klasik dan teori pelaziman operan. Teori pelaziman klasik dipelopori oleh Ivan Pavlov, konsep atau prisip pembelajaran yaitu:
1. Excitation (pergetaran) yaitu suatu rangsangan tak terazim atau alami dapat membangkitkanreaksi sel-sel tertentu, sehingga dapat menghasilkan tindak balas.
2. Irradiaton (penularan) yaitu terjadi reaksi dari sel-sel lain yang berbeda di sekitar kawasann sl-sel yang bekenan debgan rangasangan tak terlazim.
3. Stimulus generalization (generalisasi rangsangan) yaitu keadaan dimana individu memberika tindak balas yang sama terhadap ranggsangan tertentuu yang memiliki kesamaan walaupun tidak serupa.
4. Extintion (penghapuan) yaitu suatu tidak balas akan hilang secarra perlahan-lahan apabila makin berkurangnya keterkaitann dengan rangsangan tak terlazim.

Teori pelaziman operan yang tokohnya yaitu Throndike, pada dasarnya poses pembelajaran merupakan pembinaan hubungan antara rangsangan tertentu dengan perilaku tertentu. Semua pembelajaran dilakukan melalui suatu prroses coba-salah (trial and error). Ada tiga hukum pembelajaran yaitu hukum hasil (law of effect) menyatakan bahwa hubungan antara rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila ada kepuasan, dan akan makin diperlemah apabila terjadi ketidakpuasaan, hukum latihan (law of exercise) menyatakan suatu rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila sering dilakukan latihan, dan hukum kesiapan (law of readiness) menyatakan bahwa hubungan rangsangan dan perilaku akan semakin kukuh apabila disertai dengan kesiapan individu.
Teori pembelajaran Gestalt, dalam pandangan ini pembelajaran merupakan suatu fenomena kognitif yang melibatkan persepsi terhadap suatu benda, orang, atau peristiwa dalam cara-cara yng berbeda. Beberapa aplikasi tori gestalt dalam proses pembelajaran adalah pengalaman tilikan (insight), pembelajaran yang bermakna (meaningful learning), perilaku bertujuan (purposive behavior), prinsip ruangg hidup (life space), dan transfer dalam pembelajaran.
Komentar /refleksi: Pada dasarnya teoori-teori pembelajaran menurut para ahli serprti teori behaviorisme dengan rangssangan dan stimulusnya dan Gestalt,k eduannya memiliki fingsi yang sama dalam proses pendididkan

BAB V TEORI-TEORI PEMBELAJARAN (2)

Teori perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan mental yang bertujuan :
(1) memisahkan kenyataannya dengan fantasi,
(2) menjelajah kenyataan dan menemukan hukum-hukumnya,
(3) memilih kenyataan-kenyataan yang berguna bagi kehidupan,
(4) menentukan kenyataan yang sesungguhnya di balik sesuatu yang nampak.

Pekembangan kognitif merupakan suatu proses di mana tujuan individu melalui suatu ranggkaian yang secara kualittatiif beerbeda dengan berfikir. Perkembangan kgnitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga dewasa, yang berrlangsung melali empat peringkat yaitu:
1. Peringkat sensori motor (0-1,5 tahun), aktivitas kognitip berpusat pada lat indera (sensori) dan gerak (motor). Aktivitas ini terbentuk melalui proses penyesuaian fisik sebagai hasil dari inteeraksi dengan liingkungan.
2. Peringkat pre-operational (1,5-6 tahun), aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisir. Cara berfikir ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis.
3. Peringkat concrete operational (6-12 tahun), perkembangan kognitif pada peringkat operasi kongkrit, memberikan kecakapan anak berkenaan dengan konsep-konsep klasifikasi, hubungan dan kuantitas.
4. Peringkat formal operational (12 tahun ke atas), perkembangan kognitif ditandai dengan kemmpuan individu untuk berfikir secara hipotetis dan berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak.

Impilkasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pengajaran antara lain :
1. Bahasa dan cara fikir anak berbeda dengan orang dewasa oleh karena itu dalam mengajar guru hendaknya menggnakan bahasa yan sesuai dengan ara berfikir anak.
2. Anak-anak akan beajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dnan baik. Guru harus membantu agar dapat berinteraksi dengan lingkungan denggan bak.
3. Bahan yang akan dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Beri peluang agar anak mau belajar sesuai dengan peringkat perkembangannya.
5. Di dalam kelas hendaknya anak-anak diberi peluang untuk saling berbicara dan beriskusi dengan teman-temannya.

Teori pemrosesan informasi (Robert Gagne), hasil pembelajaran manusia pada dasarnya bersifat kumulatif, yang berarti bahwa hasil dari pembelajaran yang dicapai individu adalah merupakan kumpulan keseluruhan hasil-hail pembelajaran sebelunya yang saling terkait. Pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Peringkat dalam proses pembelajaran menurut teori Gagne melalui fase :
(1) motivasi,
(2) pemahaman,
(3) pemerolehan,
(4) penahanan,
(5) ingatan kembali,
(6) generalisasi,
(7) perlakuan,
(8) umpan balik.
Dalam setiap fase terjadi pemrosesan tertentu.
Dalam kaitan dengan pengajaran ada sembilan langkah pengajaran yaitu:
1. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.
2. Memberikan infomasi kepada siswa mengenai tujuan pengajaran.
3. Merangsang siswa untuk melakukan aktivitas pembelajaran.
4. Menyampaikan isi yang akan di bahas sesuai dengan topik.
5. Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa.
6. Memberikan peneguhan kepada perilaku pembelajaran siswa.
7. Memberikan umppan balik terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa.
8. Melaksanakan penilaian proses dan hasil pembelajaran.
9. Memberkan kesempatan kepada siswa untuk mengingat dan menggunakan hasil pembelajaran.

Teori pembelajaran sosial kognitif, disebut teori ini karena proses kognitif yang terjadi dalam individu memegang peranan dalam pembelajaran, edangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkunggan sosial. Individu akan mengamati perilaku I lingkungannya sebagai model, kemudian ditirunya sehingga menjadi perilaku miliknya. Dengan demikian teori ini disebut teori pembelajaran melalui peniruan. Perilaku individu terbentuk melalui peniruan terhadap perilaku di lingkuna,p embelajaran merupakan suatu proess bagaimana membuat peniruan sebaik—baiknya sehingga bersesuaian dengan keadaan dirinya dan tujuannya.
Komentar /refleksi: Teori-teori pembelajaran yang haruus diketahui adalah beragam dan kesemuannya berperan penting terhadap proses pembelajaran dan pengajaran. Seperti menurut teoriperkembangan kognitif proses pembelajaran akan berhasil apabila disesuaikan dengan peringkat perkembangan kognitif siswa. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya, dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru dan guru hendaknya banyak memberikan rrangsanan kepada siswa agar mu berinteraksii dengan lingkunganya dan secara aktif mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungannya. Menurut teori pembelajaran sosial kognitif yang menekankan pada peniruan bahwa dalam pengajaran di dalam kelas guru hendaknya merupakan tokoh perilaku bagi siswa-siswanya. Proses kognitif siswa hendaknya mendapat perhatian dari guru, kemudian hendaknya lingkungan memberikan dukungan bagi proses pembelajaran, dan guru membantu siswa dalam mengembangkan perilaku pembelajaran.

BAB VI ASPEK-ASPEK PSIKOLOGIS DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN

Perilaku belajar siswa, dalam psikologi pendidikan, belajar diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseeluruhan sebagi hasil penglaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam hubungan dengan proses belajar ini, yang harus dikenal betuloleh para pengajar adalah apa yang disebut dengan metakognisi dan persepsi sosial-psikologis pelajar. Yang dimaksd dengan metakognisi adalah pengetahuan seorang individu proses dan hasil belajar yang terjadi dalam dirinya serta hal-hal yang terkait. Hal ini mengandung arti bahwa, agar proses belajar dapat berlangsung secara efektif, maka pelajar seharusnya mampu mengenal proses dan hasil yang terjadi dalam dirinya. Untuk itu para pengajar hendaknya mamppu mengenal dan membantu siswa. Yang dimaksud dengan persepsi sosio-psikologis adalah sampai seberapa jauh pelajar mempersepsi proses belajar yang berlangsung beserta situasi-situasi yang berpengaruh.
Perilaku hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Para pengajar sangat diharapkan mampu mengantisipasi aspek-aspek perubahan perilaku ini yang dimulai dengan perencanaan kegiatan belajar-mengajar, dan mengembangkannya setelah kegiatan belajar berakhir. Dengan perilaku belajar yang efektif disertai proses mengajar yang tepat, maka proses belajar-mengajar diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai karakteristik sebagai:
(1) pribadi yang mandiri,
(2) pelajar yang efektif,
(3) pekerja yang produktif,
(4) anggota masyarakat yang baik.

Untuk mewujudkan kualitas manusia seperti itu, maka ada empat kulitas belajar yang harus dikembangkan dalam diri pada siswa, yiatu:
(1) belajar untuk menjadi (learning to do),
(2) belajar untuk belajar (learning to learn),
(3) belajar untuk berbuat (learning to do),
(4) belajar untuk hidup bersama (learning to live together)

Perilaku mengajar guru, guru dituntut arus mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar menjadi perilku belajar yang efektif dalam diri siwa. Guru juga di tuntut untuk menciptakan situasi balajar-menajar yang kondusif. Guru tidak terbatas sebagai pengajar dalam arti penyampai pengetahuan, akan tetapi lebih meningkat sebagai perancang pengajaran, manajer pengajaran, pengevaluasi hasil belajar dan sebagai direktur belajar.
Dalam mewujudkan perilaku mengajar secara tept, karakteristik pengajar yang diharapkan adalah:
1. Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelaajaran yang diajarkannya.
2. Memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepribadian ddan suasana hati secara tepat serta membuat kontak dengan kelompok secara tepat.
3. Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensivitas yang diperlukan untuk menumbuhkan semangat belajar.
4. Memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha memberikan penjelasan kepada pesrta didik.
5. Memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidangnya, baik isi maupun metode.
6. Memiliki sikap terbuka, luwes, dan eksperimental dam metode dan teknik.
Pengajar akan mengajar dengan baik apabila memiliki sikap dasar yang benar, sasaran yang benar, informasi faktual yang diperlukan, memahami macam-macam metoda dan teknik dan mengetahui bagaimana memilihnya, membantu pelajar dalam merencanakan tindak lanjut Perwujudan perilaku guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar akan nampk pada interaksi antar keduanya. Dalam interaksi ini terjadi proses saling mempengaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri pelajar dalam bentuk tercapainya hasil belajar. Sekurang-kurangnya ada tiga hal dalam interaksi pelajar-pengajar yaitu proses belaja, metode mengajar, dan pola-pola interaksi.
Model pembelajaran yang dipandang cukup komprehensif yang dikembangkan oleh Ernest Chang dan Don Simpson, “The circle of learning: individual and Group Process” menurut model ini, pembeljaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual, akan tetapi dapat dalam bentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok. Model ini mendasarkan atas paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi. Dalam proses berlangsungnya pembelajaran ada dua dimensi yaitu dimensi aktivitas pembelajaran dan dimensi orientasi proses. Hubungan dua dimensi itu menghasilkan empat pola pembelajaran yaitu:
(1) traditional lectures atau ceramah tradisional,
(2) self study atau belajar mandiri,
(3) concurrent learning atau pembelajaran bersama,
(4) colaborative learning atau pembelajaran kolaboratif.

Komentar /refleksi: Dalam bab ini kita dapat mengenal dan menerapkan bebgai aspek psikologis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada saat proses belajar-mengajar. Yang ibicarakn aspek psikologis disini yaitu aspek perilaku individu yang terkit dengan proses belajar-mengajar. Seperti kita ketahui dalam proses kegiatan ini melibatkan intraksi individu antara pelajar dan pengajar aspek prilkunya berarti perilaku belajar siswa dan perilaku mengajar guru. Dalam mewujudkan proses mengajar yang efektif dan efisien maka perilaku belajar siswa dan perilaku mengajar guru dapat di dinamiskan secara baik. Pengajar (guru) hendaknya mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar mampu mewujudkan perilaku belajar siswa melalui interaksi belajar-mengajar yang efektif dalam situasi belajar-mengajar yang kondusif.

BAB VII ASPEK-ASPEK PERILAKU PEMBELAJARAN

Motivasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku belajar terjadi dalam situasi interaksi belajar-mengajar dalam mencapai tujuan dan hasil belajar. Dalam berbagai teori penelitian, ternyata terdapat kaitan yng erat antara kepuasan yang dicapai dalam elajar denga unjuk kerja dan motivasi. Kepuasan yang diperoleh siswa dari prosse belajar dapat menunjukkan unjuk kerja yang dan dapat meningkatkan motivasi belajar. Unjuk kerja yang dicapai seseorang dapat mendapatkan kepuasan dan kemudian dapat meningkatkan motivasi, dalam kaitan ini hendaknya dapat ditimbulkan suasana belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepuasan agar dapat menghasilkan unjuk kerja yang baik. Faktor yang mempengaruhi kepuasan siswa dalam belajar yaitu imbalan hasil belajar, rasa aman dalam belajar, kondisi belajar yang memadai, kesempatan untuk memperluas diri, hubungan pribadi.
Ada beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan yaitu prinsip kompetisi, prinsip pemacu, prinsipganjaran dan hukuman, kejelasan dan kedekatan tujuan, pemahaman hasil, pengembangan minat, lingkungan yang kondusif, keteladanan. Pengamatan dan perhatian merupakan aspek tingkah laku yang mempunyai peranan penting dalam proese pembelajaran. Keefektipan suatu pross peembelajaran akan banyak dipengaruhi oleh kulitas pengamatan dan perhatian yang diberikan. Pengamatan atau perception, merupakan salah satu bentuk perilaku kognitif, yaitu suatu proses mengenal lingkungan dengan menggunakan alat indera. Prosses pengmatn tejadi karena adanya rangsangan dari lingkungan yang diterima oleh individu denan enggunaan alat indera. Rangsangan itu kemudian diteruskan ke pusat kesadaran yaitu otak untuk kemudian diberika makna dan tafsiran. Dilihat dari proporsi penggunaan alat indera ada beberapa gaya pengamatan yaitu: gaya pengamatan visual, gaya auditif, gaya taktil, gaya kinestetik.
Perhatian dapat diartikan sebagai peningkatan aktivitas mental terhadap suatu rangsangan tertentu. Perhatian dapat lebih memusatkan pengamatan individu kepada suatu rangsangan, sehinnga pengamatan menjadi lebih efektif. Guru dapat membantu siswa dalam memusatkan memelihara perhatan dalam proses pembelajaran dengan hal-hal sebagai berikut:
• Isyarat, memberikan isyarat-isyarat tertentu kepada siswa pada saat memulai pelajaran atau pada saat pergantian aktivitas.
• Gerakan, senantiasa bergerak dan berkeliling ke seluruh kelas selama menyajikan pelajaran.
• Variasi,menggunakan gaya variasi dalam gaya mengajar.
• Minat, memberikan minat siswa sebelum dan selama proes pengajaran.
• Pertanyaan, mengajukan pertanyaan selama proses pengajaran berlangsung, mendorong siswa untuk memberikan jawaban denga kata-kata sendiri.
Suatu proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila informasi yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar dari lupa. Mengingat adalah merupakan proses menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali inforrmasi-informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran. Yang dimaksud dengan transfer dalam pembelajaran ialah pemindahan hasil pembelajaran dari suatu situasi kee situai lain. Tanfer akan terjadi apabla terdapat kesamaan antara pembelajaran yang satu dengan situasi lainnya. Dalam proses pembelajaran kebutuhan merupakan sumber timbulnya motivasi. Kebutuhan (need) dapat diartikan sebagai suatu sitiasi kekurangan dalam diri inividu dan menunutut pemuasan agar dapat berfungsi secara efektif. Kebutuhan merupakan sumber timbulnya motivasi yang mendorong individu untuk berperilaku.
Komentar /refleksi: Dalam bab ini dibahas mengenai beberapa aspek psikologi yang tekait dengan proses pembelajaran dan pengajaran.dengan memperhatikan konsep psikologis diharapkan guru mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang seefektif mungkin . Aspek yang dibahas yaitu:
1. Motivasi,dalam hubungannya para guru mempunyai tanggungjawab dan kewajiban untuk memotivasi dalam belajar dan membantu agar mereka terhindar dari kemungkinan frustasi.
2. Pengamatan dan perhatian, dalam aktivitas di sekolah guru harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan pengamatan yang efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam mengajar hendaknya memberikan kesempatann epada siswa untmlakukan pengamtan yang baik.
3. Mengingat dan lupa, tugas guru adalah membantu siswwa dalam proses pembelajaran agar bahan-bahan yang dipelajari siswa dapat diingat dnga baikdan terhindar dari lupa.
4. Transer dalam belajar.
5. Kebutuhan individu.

BAB VIII PSIKOLOGI MENGAJAR

Pendidikan diwujudkan melalui proses pengajaran. Proses pengajaran yang efektif terbentuk melalui pengajaran yang meliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
2. Interaksi edukatif antara guru dengan siswa
3. Suasana demokratis
4. Variasi metode mengajar
5. Guru profesional
6. Bahan yang sesuai dan bermanfaat
7. Lingkungan yang kondusif
8. Sarana belajar yang menunjang
Model mengajar dikelompokkan dalam empat rumpun yaitu
1. Rumpun model pemrosesan informasi, model ini berorientasi pada kecakapan siswa dam memproses informasi. terdiri atas: model berpikir induktif, model latihan inkuri, inkuri ilmiah, penemuan konsep, pertumbuhan kognitif, model penata lanjutan dan memori.
2. Rumpun model-model personal, model ini berorientasi kepada individu dan perkembangan keakuan (selfhood), terdiri atas; pengajaran non-direktif, latihan kesadaran, sinektik, sistem-sistem konseptual dan pertemuan kelas.
3. Rumpun model interaksi sosial, model ini menekankan hubungan individu dengan orang lain atau masyarakat, terdiri dari; penentuan kelompok, inkuiri (penemuan sosial), metode laboratori, jurisprudensial, bermain peran, model penata lanjutan, dan simulasi sosial.
4. Rumpun model behavior (perilaku), model ini menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati, terdiri dari: manajemen kontingensi, kontrol diri, relaksasi, pengurangan ketegangan, latihan asertif desensitasi, latihan langsung.
Komentar /refleksi: Dalam bab ini meliputi psikologi belajar yang di dalamnya terdapat proses pengajaran yang efektif. Agar dapat terjadi proses pengajaran seperti itu maka guru harus mampu menciptakan proses pengajaran dalam suasana pembelajaran yang baik. Selanjutnya yaitu mengenal model-model mengajar, seperti kita ketahui bahwa mengajar merupakan tugas utama seorang guru, dengan bahasan yang ada pada bab ini, dapat diharapkan ketika menjadi seorang guru dapat mengenal model-model mengajar dan memilihnya secara tepat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta keadaan lingkungannya.

BAB IX PSIKOLOGI GURU

Peranan (role) guru artinya keseluruhan perilaku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Di dalam keluarga guru perperan sebagai pendidik dalam keluarga atau family educator, sedangkan di masyarakat, guru berperan sebagai pembina masyarakat (sosial developer), pendorong (social motivator), penemu (sosial inovator) dan sebagai agen masyarakat (social agent).
Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi kinerja guru:
1. imbalan kerja
2. rasa aman dalam pekerjaan
3. kondisi kerja yang baik
4. kesempatan pengembangan diri
5. hubungan pribadi
Kompetensi guru adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus ada pada seseorang agar dapat menunjukan perilakunya sebagai guru. Kompetensi guru meliputi kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi sosial, kompetensi intelektual dan kompetensi spiritual. Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yang kuat. Kepribadian merupakan keseluruhan perilaku dalam berbagai aspek yang secara kualitatif akan membentuk keunikan atau kekhasan seseorang dalam interkasi dengan lingkungan diberbagai situasi dan kondisi. Dalam lingkup pendidikan, penampilan guru merupakan hal yang amat penting untuk mewujudkan kineja secara tapat dan efektif. Dengan demikian sifat utama seorang guru adalah kemampuannya dalam mewujudkan penampilan kualitas kepribadian dalam interaksi pendidikan yang sebaik-baiknya agar kebutuhan dan tujuan tercapai secara efektif.
Komentar /refleksi: Dalam keseluruhan proses pendidikan, khususnya di sekolah guru memegang peranan yang paling utama, perilaku guru dalam proses pendidikan akan memberikan pengaruh bagi pembinaan siswa. Dalam psikologi guru pada bab ini merupakan kajian psikologis terhadap berbagai aspek perilaku guru khasnya dalam proses pendidikan di sekolah.